Senin, 26 Mei 2008

PERENIALISME

Perenialisme artinya adalah kebenaran abadi, Tuhan-lah kebenaran abadi itu. Dialah yang telah menciptakan manusia berdasarkan fitrah-Nya, fitrah yang menjadi penerang jalan bagi manusia mengenal Tuhannya. Demikianlah Perenialisme menjadi prinsip yang meyakini bahwa kebenaran abadi itu sesuatu yang niscaya telah ada di dalam diri manusia sebagaimana Tuhan menyatakan di dalam firman-Nya bahwa manusia tercipta oleh fitrah-Nya. Fitrah itulah jalan lurus yang diberikan Tuhan kepada manusia agar sampai kepada-Nya. Maka hendaklah manusia tetap berpegang teguh pada fitrah itu karena di sanalah jalan keselamatan itu.
Perenialisme sebagai sebuah keyakinan mengimani bahwa seluruh agama, seluruh kepercayaan yang mengajak umatnya hidup dalam kesucian sambil berupaya mewujudkan kemaslahatan dan kebaikan umat manusia, niscaya berasal dari Tuhan yang sama adanya. Namun simbol-simbol yang dipakai setiap agama memang berbeda, disesuaikan dengan lingkungan dan kebudayaan Utusan Tuhan yang membawanya.
Malaikat Jibril lah yang menuntunkan kepada kaum Eden sehingga kaum Eden meyakini bahwa sesungguhnya Tuhan menciptakan banyak jalan keselamatan dan tidak hanya satu jalan. Dahulu, sebelum berkenalan dengan pengajaran Malaikat Jibril di Eden, kaum Eden adalah umat Islam kebanyakan yang meyakini bahwa hanya dengan ajaran Islam lah seseorang sampai kepada Tuhan, dan barangsiapa yang tidak menjadikan Islam itu sebagai agamanya, maka tiadalah diterima amal perbuatannya dan dia termasuk orang-orang yang merugi. Tapi Malaikat Jibril menunjukkan kepada kaum Eden bahwa keyakinan semacam itu adalah kesempitan dan kesalahan di mata Tuhan.
Malaikat Jibril menuntun kaum Eden untuk mengenali ayat demi ayat di dalam kitab suci Al Quran sehingga sampailah kaum Eden pada pemahaman bahwa Islam yang rahmatan lil alamin sebagaimana yang diinginkan Tuhan adalah Islam yang Perenial, yang lapang hati terhadap umat agama lain.
Tuhan mengutus banyak nabi sebagaimana banyaknya kaum di muka bumi ini. Demikianlah keragaman jalan (agama) itu tercipta seperti keragaman budaya dan bahasa tercipta. Betapapun jalan-jalan itu berbeda, namun hakikatnya satu adanya sebagaimana berbedanya satu bahasa dengan bahasa yang lainnya adalah sebuah keniscayaan. "Meja” kata orang Indonesia, “Maktab” kata orang Arab, “Table” kata orang Inggris; namun bukankah istilah itu menunjuk pada hakekat yang sama?
Semua ajaran yang melahirkan kemaslahatan bagi kehidupan manusia niscaya dari Tuhan yang sama. Niscaya Jibril jualah yang membawakan wahyunya. Kaum muslim menyebut pembawa wahyu Tuhan itu dengan nama Jibril, umat Kristen lebih akrab dengan Ruhul Kudus, orang Hindu menyebutnya Dewa Wisnu dan Dewa Surya. Sesungguhnya semua itu sama maknanya karena sesungguhnya Jibril itu sendiri adalah ruh matahari, Roh yang Suci dan dialah Perintah dan Firman Tuhan.
Maka, Malaikat Jibril menasihatkan agar umat beragama tak ribut karena bahasa dan simbol yang berbeda, padahal hakikat yang dimaksud adalah sama dan satu adanya. Seberapa banyakkah jalan Tuhan itu? Sebanyak nafas makhluk-Nya. Maka, Malaikat Jibril menasihatkan agat tak membatasi jalan-jalan Tuhan karena semua jalan menuju Tuhan yang dihikmati adalah jalan Ilahiyah.
Selain mengajarkan Al Quran, Malaikat Jibril juga mengajarkan ayat-ayat Tuhan di dalam kitab-kitab suci lainnya. Dari pengajaran Jibril itu kaum Eden mengenal ajaran-ajaran Tuhan di luar ajaran Islam yang tidak dikenal sebelumnya. Sungguh, melalui pengajaran Jibril itu kaum Eden bersaksi serta melihat Kebesaran, Keadilan dan Kemaha Pengasihan Tuhan terhadap seluruh umat-Nya. Melalui keyakinan dan pemahaman Islam perenial ini, kaum Eden menjadi lebih tenteram, damai, penuh kasih dan jauh dari sifat sombong, dan merasa diri paling benar.
Maka, Malaikat Jibril menasihatkan kepada umat beragama agar menyatukan hati dan berbahasa hati serta bersepakat di dalamnya. Dan agar umat beragama menjadikan bahasa lahir yang dimiliki umat manusia sebagai keragaman dan kekayaan besar dari Tuhan yang Maha Agung. Keragaman melahirkan dinamika, keragaman melahirkan banyak warna.
Sungguh Malaikat Jibril mengajarkan perenialisme sebagai kebenaran abadi. Sungguh kaum Eden diajarkan dan disucikan dari segala keegoan agama. Di dalam lubuk hati kaum Eden yang terdalam, tak ada perasaan bahwa kaum Eden lebih mulia dari umat Islam, Kristen, Hindu atau Buddha. Di Eden, Malaikat Jibril mengajarkan kaum Eden untuk membaca seluruh kitab suci Tuhan dari Veda, Bagavad Gita, Dhammapada, Injil, Al Quran. Bagi kaum Eden, semua kitab suci itu adalah kitab suci Tuhan yang saling melengkapi dan saling menyempurnakan. Tak ada yang lebih tinggi dan lebih mulia dari yang lainnya.
Perenialisme yang diajarkan Malaikat Jibril membuat kaum Eden memuliakan semua Rasul Tuhan sejak Sidharta Gautama hingga Muhammad, namun terlarang bagi kaum Eden mengkultuskan para utusan itu. Kaum Eden sama sekali tak diperkenankan untuk meminta berkah dari para rasul itu karena sesungguhnya berkah itu hanya boleh kami minta dari Dia yang Esa semata.
Malaikat Jibril pun senantiasa memesankan kepada kaum Eden agar tak sampai jatuh pada keegoan kebenaran karena di sanalah awal kejatuhan semua pengikut ajaran Tuhan. Demikianlah kaum Eden dibawa menyampaikan risalah Islam yang perenial ke pesantren-pesantren dan organisasi-organisasi Islam. Demikian pula kaum Eden bersilaturahmi ke gereja-gereja, pura dan vihara untuk membawakan salam perdamaian dari Tuhan untuk seluruh umat beragama.
Semua itu adalah bagian dari amanah Tuhan yang harus dibawakan kaum Eden karena Tuhan ingin menyatakan bahwa perenialisme dan wajah agama yang perenial-lah yang dikehendaki Tuhan sebagai ajaran-Nya di penghujung akhir zaman ini. Karena perenialismelah yang dijaminkan Tuhan untuk menyatukan dan mempersaudarakan seluruh umat dan bangsa dalam perdamaian. Demikianlah kami kaum Eden menjadikan perenialisme sebagai ajaran Tuhan pada masa kini yang harus disebarkan kepada seluruh umat manusia.

Perenialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme berasal dari kata perennial yang berarti abadi, kekal atau selalu. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Perenialisme menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Jalan yang ditempuh oleh kaum perenialis adalah dengan jalan mundur ke belakang, dengan menggunakan kembali nilai – nilai atau prinsip – prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kuat, kukuh pada zaman kuno dan abad pertengahan.Dalam pendidikan, kaum perenialis berpandangan bahwa dalam dunia yang tidak menentu dan penuh kekacauan serta mambahayakan tidak ada satu pun yang lebih bermanfaat daripada kepastian tujuan pendidikan, serta kestabilan dalam perilaku pendidik. Mohammad Noor Syam (1984) mengemukakan pandangan perenialis, bahwa pendidikan harus lebih banyak mengarahkan pusat perhatiannya pada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh. Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan ideal.
PANDANGAN MENGENAI KENYATAANPerenialisme berpendapat bahwa apa yang dibutuhkan manusia terutama ialah jaminan bahwa “reality is universal that is every where and at every moment the same “ (2:299) “ realita itu bersifat universal bahwa realita itu ada di mana saja dan sama di setiap waktu.” Dengan keputusan yang bersifat ontologism kita akan sampai pada pengertian – pengerian hakikat. Ontologi perenialisme berisikan pengertian : benda individual, esensi, aksiden dan substansi.• Benda individual adalah benda yang sebagaimana nampak di hadapan manusia yang dapat ditangkap oleh indera kita seperti batu, kayu,dll• Esensi dari sesuatu adalah suatu kualitas tertentu yang menjadikan benda itu lebih baik intrinsic daripada halnya, misalnya manusia ditinjau dari esensinya adalah berpikir• Aksiden adalah keadaan khusus yang dapat berubah – ubah dan sifatnya kurang penting dibandingkan dengan esensialnya, misalnya orang suka barang – barang antic• Substansi adalah suatu kesatuan dari tiap –tiap hal individu dari yang khas dan yang universal, yang material dan yang spiritual.Menurut Plato, perjalanan suatu benda dalam fisika menerangkan ada 4 kausa.• Kausa materialis yaitu bahan yang menjadi susunan sesuatu benda misalnya telor, tepung dan gula untuk roti• Kausa formalis yaitu sesuatu dipandang dari formnya, bentuknya atau modelnya, misalnya bulat, gepeng, dll• Kausa efisien yaitu gerakan yang digunakan dalam pembuatan sesuatu cepat, lambat atau tergesa – tergesa,dll• Kausa finalis adalah tujuan atau akhir dari sesuatu. Katakanlah tujuan pembuatan sebuah patung.
PANDANGAN MENGENAI NILAIPerenialisme berpandangan bahwa persoalan nilai adalah persoalan spiritual, sebab hakikat manusia adalah pada jiwanya. Sedangkan perbuatan manusia merupakan pancaran isi jiwanya yang berasal dari dan dipimpin oleh Tuhan. Secara teologis, manusia perlu mencapai kebaikan tertinggi, yaitu nilai yang merupakan suatu kesatuan dengan Tuhan. Untuk dapat sampai kesana manusia harus berusaha dengan bantuan akal rationya yang berarti mengandung nilai kepraktisan.Menurut Aristoteles, kebajikan dapat dibedakan: yaitu yang moral dan yang intelektual. Kebajikan moral adalah kebajikan yang merupakan pembentukan kebiasaan, yang merupakan dasar dari kebajikan intelektual. Jadi, kebajikan intelektual dibentuk oleh pendidikan dan pengajaran. Kebajikan intelektual didasari oleh pertimbangan dan pengawasan akal. Oleh perenialisme estetika digolongkan kedalam filsafat praktis. Kesenian sebagai salah satu sumber kenikmatan keindahan adalah suatu kebajikan intelektual yang bersifat praktis filosofis. Hal ini berarti bahwa di dalam mempersoalkan masalah keindahan harus berakar pada dasar – dasar teologis, ketuhanan.
PANDANGAN MENGENAI PENGETAHUANKepercayaan adalah pangkal tolak perenialisme mengenai kenyataan dan pengetahuan. Artinya sesuatu itu ada kesesuaian antara piker (kepercayaan) dengan benda – benda. Sedang yang dimaksud benda adalah hal – hal yang adanya bersendikan atas prinsip keabadian.Oleh karena itu, menurut perenialisme perlu adanya dalil – dalil yang logis, nalar, sehingga sulit untuk diubah atau ditolak kebenarannya. Menurut Aristoteles, Prinsip – prinsip itu dapat dirinci menjadi :• Principium identitatis, yaitu identitas sesuatu. Contohnya apabila si Bopeng adalah benar – benar si Bopeng ia todak akan menjadi Si Panut.• Principium contradiksionis ( prinsipium kontradiksionis), yaitu hukum kontradiksi (berlawanan). Suatu pernyataan pasti tidak mengandung sekaligus kebenaran dan kesalahan, pasti hanya mengandung satu kenyataan yakni benar atau salah.• Principium exelusi tertii (principium ekselusi tertii), tidak ada kemungkinan ketiga. Apabila pernyataan atau kebenaran pertama salah, pasti pernyataan kedua benar dan sebaliknya apabila pernyataan pertama benar pasti pernyataan yang berikutnya tidak benar.• Principium rationis sufisientis. Prinsip ini pada dasarnya mengetengahkan apabila barang sesuatu dapat diketahui asal muasalnya pasti dapat dicari pula tujuan atau akibatnya.Perenialisme mengemukakan adanya hubungan antara ilmu pengetahuan dengan filsafat.• Science sebagai ilmu pengetahuanScience yang meliputi biologi, fisika, sosiologi, dan sebagainya ialah pengetahuan yang disebut sebagai “empiriological analysis” yakni analisa atas individual things dan peristiwa – peristiwa pada tingkat pengalaman dan bersifat alamiah. Science seperti ini dalam pelaksanaan analisa dan penelitiannya mempergunakan metode induktif. Selain itu, juga mempergunakan metode deduktif, tetapi pusat penelitiannya ialah meneliti dan mencoba dengan data tertentu yang bersifat khusus.• Filsafat sebagai pengetahuanMenurut perenialisme, fisafat yang tertinggi ialah “ilmu” metafisika. Sebab, science dengan metode induktif bersifat empiriological analysis (analisa empiris); kebenarannya terbatas, relatif atau kebenarannya probability. Tetapi filsafat dengan metode deduktif bersifat ontological analysis, kebenaran yang dihasilkannya universal, hakiki, dan berjalan dengan hukum – hukum berpikir sendiri, berpangkal pada hukum pertama; bahwa kesimpulannya bersifat mutlak, asasi. Hubungan filsafat dan pengetahuan tetap diakui urgensinya, sebab analisa empiris dan analisa ontology keduanya dianggap perenialisme dapat komplementatif. Tetapi filsafat tetap dapat berdiri sendiri dan ditentukan oleh hukum –hukum dalam filsafat sendiri, tanpa tergantung kepada ilmu pengetahuan.
PANDANGAN TENTANG PENDIDIKANTeori atau konsep pendidikan perenialisme dilatarbelakangi oleh filsafat – filsafat Plato sebagai Bapak Idealisme Klasik, filsafat Aristoteles sebagai Bapak Realisme Klasik, dan filsafat Thomas Aquina yang mencoba memadukan antara filsafat Aristoteles dengan ajaran Gereja Katolik yang tumbuh pada zamannya1. PlatoPlato (427-347 SM), hidup pada zaman kebudayaan yang sarat dengan ketidakpastian, yaitu fisafat sofisme. Ukuran kebenaran dan ukuran moral menurut sofisme adalah manusia secara pribadi, sehingga pada zaman itu tidak ada kepastian dalam moral dan kebenaran, tergantung pada masing – masing individu. Plato berpandangan bahwa realitas yang hakiki itu tetap tidak berubah karena telah ada pada diri manusia sejak dari asalnya. Menurut Plato, “dunia idea”, yang bersumber dari ide mutlak, yaitu Tuhan. Manusia menemukan kebenaran, pengetahuan, dan nilai moral dengan menggunakan akal atau ratio.Tujuan utama pendidikan adalah membina pemimpin yang sadar akan asas normative dan melaksanakannya dalam semua aspek kehidupan. Masyarakat yang ideal adalah masyarakat adil sejahtera. Manusia yang terbaik adalah manusia yang hidup atas dasar prinsip “idea mutlak”, yaitu suatu prinsip mutlak yang menjadi sumber realitas semesta dan hakikat kebenaran abadi yang transcendental yang membimbing manusia untuk menemukan criteria moral, politik, dan social serta keadilan. Ide mutlak adalah Tuhan2. AristotelesAristoteles (384 – 322 SM) adalah murid Plato, namun dalam pemikirannya ia mereaksi terhadap filsafat gurunya, yaitu idealisme. Hasil pemikirannya disebut filsafat realisme. Ia mengajarkan cara berpikir atas prinsip realistis, yang lebih dekat pada alam kehidupan manusia sehari – hari. Menurut Aristoteles, manusia adalah makhluk materi dan rohani sekaligus. Sebagai materi, ia menyadari bahwa manusia dalam hidupnya berada dalam kondisi alam materi dan social. Sebagai makhluk rohani, manusia sadar ia akan menuju pada proses yang lebih tinggi yang menuju kepada manusia idealPerkembangan budi merupakan titik pusat perhatian pendidikan dengan filsafat sebagai alat mencapainya. Ia menganggap penting pula pembentukan kebiasaan pada tingkat pendidikan usia muda dalam menanamkan kesadaran menurut aturan moral. Aristoteles juga menganggap kebahagiaan sebagai tujuan dari pendidikan yang baik. Ia mengembangkan individu secara bulat, totalitas. Aspek – aspek jasmaniah, emosi, dan intelek sama dikembangkan, walaupun ia mengakui bahwa “kebahagiaan tertinggi ialah kehidupan berpikir” (2:317)3. Thomas AquinasThomas berpendapat pendidikan adalah menuntun kemampuan – kemampuan yang masih tidur menjadi aktif atau nyata tergantung pada kesadaran tiap –tiap individu. Seorang guru bertugad untuk menolong membangkitkan potensi yang masih tersembunyi dari anak agar menjadi aktif dan nyata. Menurut J.Maritain, norma fundamental pendidikan adalah :• Cinta kebenaran• Cinta kebaikan dan keadilan• Kesederhanaan dan sifat terbuka terhadap eksistensi• Cinta kerjasamaKaum perenialis juga percaya bahwa dunia alamiah dan hakikat manusia pada dasarnya tetap tidak berubah selam berabad – abad : jadi, gagasan – gagasan besar terus memiliki potensi yang paling besar untuk memecahkan permasalahan – permasalahan di setiap zaman. Selain itu, filsafat perenialis menekankan kemampuan – kemampuan berpikir rasional manusia sehingga membedakan mereka dengan binatang – binatang lain.
PANDANGAN MENGENAI BELAJARTeori dasar dalam belajar menurut perenialisme adalah :? Mental disiplin sebagai teori dasarPenganut perenialisme sependapat bahwa latihan dan pembinaan berpikir (mental discipline) adalah salah satu kewajiban tertinggi dari belajar, atau keutamaan dalam proses belajar (yang tertinggi). Karena itu teori dan program pendidikan pada umumnya dipusatkan kepada pembinaan kemampuan berpikir.? Rasionalitas dan Asas Kemerdekaan.Asas berpikir dan kemerdekaan harus menjadi tujuan utama pendidikan ; otoritas berpikir harus disempurnakan sesempurna mungkin. Dan makna kemerdekaan pendidikan ialah membantu manusia untuk menjadi dirinya sendiri, be him-self, sebagai essential-self yang membedakannya daripada makhluk- makhluk lain. Fungsi belajar harus diabdikan bagi tujuan ini, yaitu aktualitas manusia sebagai makhluk rasional yang dengan itu bersifat merdeka.? Learning to Reason ( Belajar untuk Berpikir)Perenialisme tetap percaya dengan asas pembentukan kebiasaan dalam permulaan pendidikan anak. Kecakapan membaca, menulis dan berhitung merupakan landasan dasar. Dan berdasarkan pentahapan itu, maka learning to reason menjadi tujuan pokok pendidikan sekolah menengah dan pendidikan tinggi.? Belajar sebagai Persiapan HidupBagi Thomisme, belajar untuk berpikir dan belajar untuk persiapan hidup (dalam masyarakat) adalah dua langkah pada jalan yang sama, yakni menuju kesempurnaan hidup, kehidupan duniawi menuju kehidupan syurgawi.? Learning through Teaching (belajar melalui Pengajaran)Adler membedakan antara “learning by instruction” dan “learning by discovery”, penyelidikan tanpa bantuan guru. Dan sebenarnya learning by instruction adalah dasar dan menuju learning by discovery, sebagai self education. Menurut perenialisme, tugas guru bukanlah perantara antara dunia dengan jiwa anak, melainkan guru juga sebagai “murid” yang mengalami proses belajar sementara mengajar. Guru mengembangkan potensi – potensi self discovery ; dan ia melakukan “moral authority”atas murid –muridnya, karena ia adalah seorang professional yang qualified dan superior dibandingkan muridnya.

Tidak ada komentar: